Penulis: KH. Abd Basith AS
Penerbit: Muara Progresif
Harga: Rp 15.000.-
Sinopsis:
Membaca surah Yasin, atau dan surah-surah lain secara istiqamah, tentu sangat baik dan harus ditradisikan. Namun kita tidak bisa berhenti sebatas itu. Kita perlu mengembangkan tradisi itu dengan menjadikan nilai-nilai yang dikandungnya menjadi unsur untuk diinternalisasi dan ditransformasi ke dalam kehidupan kita.
Bacaan al-Qur'an, khususnya surah Yasin, harus memberikan efek positif terhadap kecerdasan spiritual, syukur-syukur juga kecerdasan intelektual, bagi yang membaca dan bagi yang mendengarnya, sehingga keduanya mengalami perkembangan dan penguatan yang berpengaruh konkret terhadap kehidupan kita.
"Buku ini bukan hanya "sebaiknya", tapi "harus" dibaca oleh siapa pun yang merasa dirinya sebagai manusia yang tidak pernah sempurna." (Prof. Dr. H. Abd A'la, MA, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya).
Selain
Al Fatihah, Al Ikhlas dan Al Muawwidzatain, mungkin surah Yasin adalah
surah yang paling banyak berinteraksi dengan kaum muslim. Yasin dibaca
dalam setiap pertemuan kaum muslim, ketika tahlilan, ziarah kubur,
bahkan dijadikan amal wasilah demi terkabulnya hajat. Yasin menjadi
perekat sosial secara horizontal dan media berdialog dengan Allah secara
vertikal. Disinilah urgensi Yasin menjadi penting. Hakikatnya yang tak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat baik individu maupun sosial
menjadikan Yasin begitu dibutuhkan bukan cuma sebagai ayat suci dalam
relasi Khalik dan Makhluk tapi ayat sosial dalam relasi masyarakat.
Karenanya, menjadi wajar dan begitu urgen kalau surah Yasin
dihaturkan ke hadapan masyarakat dengan disertai pemahaman. Misi agar
Yasin menjadi nilai-nilai hidup dalam masyarakat inilah yang mengilhami
penulis, K.H Abd Basith AS menghadirkan buku ini. Surah Yasin yang telah
melembaga dalam batin masyarakat akan lebih bernilai jika dia hidup,
lebih-lebih jika amanat dalam surah Yasin menjadi perilaku teladan
masyarakat kita.
Buku ini terbagi dalam sejumlah bab. 14 bab khusus disajikan dengan
menyajikan Yasin secara perkelompok mengikuti sistematika ayat yang
tematik. Rujukannya sudah lebih dari cukup untuk menyajikan Yasin dari
berbagai perspektif. Beberapa kitab muktabarah dijadikan rujukan dalam
buku ini sehingga warna intelektualnya begitu mewarnai. Perspektif ilmu
Tafsir dan ulumul Quran tercermin dari referensi Tafsir Jalalain, Tafsir
Al Maraghi, Hasyiyatul Allamah As Shawi Ala Tafsiril Jalalain, Tafsiru
Surah Yasin Syekh Hamami Zadah, juga Qabas Min Nuril Quran Muhammad Ali
Asshabuni. Sementara tasawuf dan pendidikan adab menggunakan rujukan
Ihya’ Ulumuddin, Sirajut Thalibin dan Mau’idhatul Mu’minin.
Dimulai dengan tafsir ayat pertama Surah Yasin yang sifatnya
diskursus. Penulis nampaknya memilih pendapat jumhur ulama ahlu sunnah
untuk menyerahkan penafsiran lafal Yasin di pembuka surah pada Allah.
Meski penulis juga menyebutkan penafsiran Yasin menurut sejumlah ulama.
Aspek keragaman nampak diperhatikan, meski penulis hanya menyebutkan
arti Yasin menurut Ibnu Katsir dan Jalalain. Keragaman pemaknaan lafal
Yasin yang disebut penulis, sebenarnya ditemukan sejak tafsir Abdullah
Bin Abbas, Qatadah, Ikrimah, Al Mawardi dan Tafsir Al Kasyaf. Selain
itu, pada bab pertama ini penulis menyebut identitas penyantun sebagai
manifestasi rahmah dalam Islam. Sebuah upaya tak terputus untuk
menyambungkan aspek sakral Al Rahim pada ayat kelima Yasin dengan
aktivitas sosial.
Pemilihan referensi sebagai rujukan nampaknya jitu dan mengena. Ambil
contoh, dalil tentang keesaan Tuhan yang dirujuk dari As Shabuni
menyebutkan bahwa bahwa tanda-tanda di alam semesta sejak relasi bumi
dan hujan, siang dan malam, peredaran bulan dan matahari serta fakta
transportasi (19-23). Pemilihan tema ini sifatnya mengena karena
bersifat identifikatif-observasif bagi setiap muslim. Artinya setiap
muslim pasti menjumpai fenomena alamiah diatas sehingga tadabbur lebih
mudah diaktifkan sesuai tingkat keilmuan masing-masing individu.
Selain aspek intelektual, sosial dan tauhid, buku ini juga
menyertakan kekhasan sebagai buku warga NU. Di awal buku dicantumkan
dalil tentang fadhilah Yasin yang mungkin bagi kalangan Wahabi bersifat
problematik serta tak lupa di akhir buku penulis mencantumkan doa
populer surah Yasin karya Habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad. Walhasil,
buku ini ternyata tak sesederhana tampilannya. Meski hanya 54 halaman,
ilmu yang dituangkan Kyai Abd. Basith menjangkau jauh lebih banyak dari
sekedar 54 halaman. Ada kalimat-kalimat tak tercetak yang disuguhkan
penulis yang hanya bisa dipahami jika buku ini dibaca dengan penuh
penghayatan dan ghirah untuk menghidupkan kesalehan. Sesuai misinya,
buku ini cocok dibaca sejak lapisan elit, intelektual sampai masyarakat
bawah.
- See more at: http://nusumenep.or.id/membangun-kesalehan-bersama-surah-yasin/#sthash.IuRBgCNG.dpuf